Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahan-bahan kimia, seperti
sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut
tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk antara padatan
dan larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari
karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan
tubuh, seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan seperti susu,keju,nasi
dan roti adalah sistem koloid; cat, dan berbagai jenis obat, bahan kosmetik,
tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.
Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
b) Jelaskan macam-macam sistem koloid!
c) Bagaimana Sifat Koloid?
d) Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
e) Apa saja komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari?
Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui sistem koloid.
2. Agar pembaca mengetahui macam-macam sistem koloid.
3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
A. Sistem koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja)
merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100), sehingga terkena Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, Agar-agar, Tinta , Sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat
dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Di
dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
-
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid.
-
Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid.
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi
suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
|
Pendispersi
|
Nama koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Gas
|
Bukan koloid, karena
gas bercampur secara homogeny
|
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih, sabun, ombak,
krim kocok
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, kasur busa
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Obat semprot, kabut,
hair spray di udara
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Air santan, air susu,
mayones
|
Cair
|
Padat
|
Gel
|
Mentega, agar-agar
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Debu, gas knalpot,
asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, tinta
|
Padat
|
Padat
|
Sol Padat
|
Tanah, kaca, lumpur
|
B. Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung
dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya.
Beberapa jenis koloid:
1. Aerosol
Areosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas.
Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut
dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat
(contoh: asap dan debu dalam udara).
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat
terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur.
Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi
air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau
emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan
minyak dan air, kasein sebagai emulgator pada susu.
3.
Sol
(fase terdispersi padat)
Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat
terdispersi dalam zat cair.
No.
|
Hidrofob
|
Hidrofil
|
a.
|
Tidak menarik molekul air tetapi
mengadsorbsi ion
|
Menarik molekul air hingga
menyelubungi partikel terdispersi
|
b.
|
Tidak reversible, apabila
mengalami koagulasi sukar menjadi sol lagi
|
Reversibel, bila mengalami
koagulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah lagi medium
pendispersinya
|
c.
|
Biasanya terdiri atas zat
anorganik
|
Biasanya terdiri atas zat organik
|
d.
|
Kekentalannya rendah
|
Kekentalannya tinggi
|
e.
|
Gerak Brown terlihat jelas
|
Gerak Brown tidak jelas
|
f.
|
Mudah dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
Sukar dikoagulasikan oleh
elektrolit
|
g.
|
Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi
|
Umumnya dibuat dengan cara
dispersi
|
h.
|
Efek Tyndall jelas
|
Efek Tyndall kurang jelas
|
i.
|
Contoh: sol kanji, sol protein,
sol sabun, sol gelatin
|
4.
Gel
Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata
rambut.
5.
Buih
(fase terdispersi gas)
a.
Buih padat
adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b.
Buih cair
adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun.
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun.
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
C. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid,
peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel
koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di
angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari
; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium
pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat
terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini,
partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c.
Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada
permukaan koloid.
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang
akan menyerap kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+
sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan
tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH-
dalam larutan sehingga akan bermuatan – dan tolak-menolak dengan sesamanya,
maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d.
Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap
permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak
dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui
elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang
bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e.
Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena
elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh:
kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor
yang menyebabkan koagulasi:
- Perubahan suhu.
- Pengadukan.
- Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
- Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid
akan mengalami koagulasi dengan cara:
1.
Mekanik
Cara
mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2.
Kimia
Dengan
penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh:
susu + sirup masam —> menggumpal
Lumpur
+ tawas —> menggumpal
Dengan
mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh:
Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3
yang bermuatan negatif.
f.
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
-
Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan,
sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
-
Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan.
Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit
dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g.
Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan
kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat
penyetabil agar koloid stabil.
Contoh:
susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh:
es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan
koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid
lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh:
gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator
yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua
cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
i.
Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan
dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu
selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati
molekul koloid.
Contoh:
kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air
mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari
bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat
jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh
ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal,
orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah
sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
D. Proses Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan
dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan. Contoh: AgNO3
+ NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
b.
Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem
koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air. Contoh: AlCl3
+H2O —> Al(OH)3(s) + HCl
c.
Reaksi
Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh:
pada larutan emas
Reaksi:
AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d.
Reaksi Pergeseran
Contoh:
pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S
ke dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi:
2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
e.
Reaksi
Pergantian Pelarut
Contoh:
pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan
dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel
koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1.
Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan
zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium
pendispersi.
Contoh:
Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling
koloid kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama
gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan
larut dan belerang menjadi sol.
2.
Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan
koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
ü sol NiS dengan menambahkan H2S.
ü karet dipeptisasi oleh bensin.
ü agar-agar dipeptisasi oleh air.
ü endapan Al(OH)3
dipeptisasi oleh AlCl3.
3.
Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan
dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
4.
Cara
Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar
dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam
air. Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid
termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1.
Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2.
Koloid, contoh: susu dengan air.
E. Komponen Penyusun Koloid
1. Fase kontinyu : medium
pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium
terdispersi jumlahnya labih banyak.
F. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
G. Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak
ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan
agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin
spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar