Jumat, 05 Agustus 2016

Pergaulan Bebas Biang Kerusakan





Oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, dalam ucapannya yang populer pernah berkata, “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah SWT memuliakan kita dengan agama Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam ini, pasti Allah SWT akan menjadikan kita hina dan rendah.”
Nasehat emas dari shahabat yang mulia radhiallahu ‘anhu ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beragama Islam tapi justru tidak merasa bangga dan mulia dengan keislaman mereka, sehingga mereka justru lebih tertarik mengikuti gaya hidup orang-orang yang jauh dari petunjuk Islam dan lebih percaya dengan teori-teori buruk yang mereka kemukakan.
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk merasa bangga dan puas dengan karunia yang dilimpahkAn-Nya kepada mereka, yaitu petunjuk dalam syariat-Nya yang diturunkAn-Nya untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup manusia. Allah SWT berfirman,
{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang yang beriman) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kemewahan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia).’” (QS. Yunus: 58).
Karunia Allah dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan keimanan kepada-Nya, sedangkan Rahmat Allah ditafsirkan dengan Alquran.
Sebagaimana sebaliknya, berpalingnya manusia dari mengamalkan petunjuk-Nya dalam kehidupan mereka adalah sebab utama dan terbesar yang mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan hidup yang tiada hentinya bagi mereka. Allah SWT berfirman,
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى}
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatAn-Ku, maka sesungguhnya dia (akan merasakan) kehidupan yang sempit (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaaha: 124).
Imam Asy-Syaukani berkata, “Makna ayat ini: Sesungguhnya Allah SWT menjadikan (memberikan balasan) bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan berkomitmen dengan agama-Nya dengan kehidupan yang (penuh) kenikmatan di dunia, tanpa ada kesedihan, kegundahan dan kesusahan (dalam) dirinya…Dan Dia menjadikan (memberikan balasan) bagi orang yang enggan mengikuti petunjuk-Nya dan berpaling dari agama-Nya dengan kehidupan yang sempit serta kepayahan dan penderitaan (di dunia). Bersamaan dengan semua penderitaan yang menimpanya di dunia, di akhirat (kelak) dia akan (merasakan) penderitaan, kepayahan dan kesempitan hidup yang lebih berat lagi.”
Islam melarang segala bentuk kerusakan dan keburukan
Allah SWT berfirman tentang setan dan godaannya kepada manusia,
{إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون}
“Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:169).
Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa semua perbuatan maksiat yang yang dilarang dalam agama adalah keburukan dan merupakan ajakan setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pergaulan bebas dan kerusakannya
Termasuk perkara yang diharamkan dalam Islam karena besarnya kerusakan yang ditimbulkannya adalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan yang dibenarkan dalam syariat. Bahkan perbuatan ini merupakan biang segala keburukan dan kerusakan yang terjadi di masyarakat.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam telah mengingatkan besarnya kerusakan dan fitnah yang ditimbulkan oleh perempuan terhadap laki-laki dalam sabda beliau shallallahu ‘alahi wasallam: “Aku tidak meninggalkan setelahku fitnah (keburukan/kerusakan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melebihi (fitnah) kaum perempuan.”
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan hal ini dalam ucapan beliau, “Tidak diragukan lagi bahwa membiarkan kaum perempuan bergaul bebas dengan kaum laki-laki adalah biang segala bencana dan kerusakan, bahkan ini termasuk penyebab (utama) terjadinya berbagai melapetaka yang merata. Sebagaimana ini juga termasuk penyebab (timbulnya) kerusakan dalam semua perkara yang umum maupun khusus. Pergaulan bebas merupakan sebab berkembangpesatnya perbuatan keji dan zina, yang ini termasuk sebab kebinasan massal (umat manusia) dan wabah penyakit-penyakit menular yang berkepanjangan.”
Ketika para pelacur bercampur (dengan bebas) bersama pasukan Nabi Musa ‘alahissalam, sehingga tersebarlah perbuaan zina di antara mereka, maka Allah menimpakan kepada mereka wabah penyakit menular, yang berakibat matinya tujuh puluh ribu orang dalam satu hari. Dan kisah ini sangat populer (disebutkan) dalam kitab-kitab tafsir.
Oleh karena itu, termasuk penyebab besar (terjadinya bencana) kematian massal adalah banyaknya (terjadi) perbuatan zina karena membiarkan kaum perempuan bergaul bebas dengan kaum laki-laki dan berjalan dihadapan mereka dengan bersolek dan berdandan.
Seandainya para pihak yang berwenang mengetahui kerusakan (besar yang ditimbulkan) dari perbuatan ini dalam (urusan) dunia dan masyarakat – belum lagi urusan agama – maka mereka pasti akan melarang dengan sekeras-kerasnya perbuatan tersebut.
(Shahabat yang mulia) Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Jika perbuatan zina telah nampak (tersebar) di suatu negeri maka Allah akan membinasakan negeri tersebut.”
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz lebih menegaskan hal ini dalam ucapan beliau, “Dalil-dali (dari Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alahi wasallam) secara tegas menunjukkan haramnya (laki-laki yang) berduaan dengan perempuan yang tidak halal baginya, (demikian pula diharamkan) memandangnya, dan semua sarana yang menjerumuskan (manusia) ke dalam perkara yang dilarang oleh Allah. Dalil-dalil tersebut sangat banyak dan kuat (semuanya) menegaskan keharaman pergaulan bebas, karena membawa kepada perkara (kerusakan) yang sangat buruk akibatnya… Maka seruan propaganda (yang menyerukan agar) perempuan ikut terjun di tempat-tempat kerja yang khusus bagi laki-laki adalah ajakan yang sangat berbahaya bagi (kebaikan) masyarakat Islam, yang termasuk dampak (negatif) terbesarnya adalah pergaulan bebas yang termasuk sarana terbesar (yang menjerumuskan kepada) perbuatan zina, yang ini (pada gilirannya) akan menghancurkan masyarakat dan merusak nilai-nilai luhur serta budi pekerti baik mereka.”
Islam mengharamkan semua sebab yang membawa kepada “pergaulan bebas
Dalam rangka mencegah keburukan dan kerusakan besar akibat pergaulan besar, agama Islam mengharamkan semua sebab yang menjerumuskan ke dalam perbuatan buruk ini, di antaranya:
1- Diharamkannya menemui perempuan yang tidak halal dan berduaan dengannya, termasuk berduaan dengan sopir di mobil, dengan pembantu di rumah, dengan dokter di tempat prakteknya dan lain-lain.
Banyak dalil yang menunjukkan hal ini, di antaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali setan akan menjadi yang ketiga.”
2- Diharamkannya ber-safar (melakukan perjalanan jauh) bagi perempuan tanpa laki-laki yang menjadi mahram-nya (suami, ayah, paman atau saudara laki-lakinya).
Dalil yang menunjukkan hal ini juga banyak sekali, di antaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, “Janganlah sekali-kali seorang perempuan bersafar kecuali bersama dengan mahramnya.”
3- Diharamkannya memandang dengan sengaja kepada lawan jenis, berdasarkan firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا}
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.’” (QS. An-Nuur: 30-31).
4- Diharamkannya menemui seorang perempuan tanpa mahram, meskipun dia saudara suami (ipar), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Waspadalah kalian (dari perbuatan) menemui perempuan (tanpa mahram)”. Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, bagaimana dengan Al-hamwu (ipar dan kerabat suami lainnya)?” Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, ‘Al-Hamwu adalah kebinasaan.’
Artinya: fitnah yang ditimbulkannya lebih besar karena bisanya seorang perempuan menganggap biasa jika berduaan dengan kerabat suaminya.”
5- Diharamkannya laki-laki menyentuh perempuan, meskipun untuk berjabat tangan.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.”
6- Diharamkannya laki-laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya.
Berdasarkan hadits berikut,
Dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan melaknat perempuan yang menyerupai laki-laki.”
7- Disyariatkan dan dianjurkannya bagi kaum perempuan untuk shalat di rumah dan itu lebih baik/utama daripada shalat mereka di masjid, dalam rangka menghindari fitnah yang timbul jika mereka sering keluar rumah.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Janganlah kalian melarang para wanita (untuk melaksanakan shalat) di masjid, meskipun (shalat mereka) di rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.”
8- Diharamkannya perempuan sering keluar rumah tanpa ada keperluan yang dibenarkan dalam syariat dengan syarat tidak berdandan dan bersolek karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta’la berfirman,
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
“Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian ber-tabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (istri-istri Nabi) dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS.  Al-Ahzaab:33).
Dan dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) setan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah Subhanallahu wa Ta’ala) adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.”
9- Diharamkannya perempuan keluar rumah dengan memakai wangi-wangian dalam bentuka apapun, karena akan menimbulkan fitnah yang besar.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Seorang wanita, siapapun dia, jika dia (keluar rumah dengan) memakai wangi-wangian, lalu melewati kaum laki-laki agar mereka mencium bau wanginya maka wanita adalah seorang pezina.”
Solusi dan penutup
Dari pemaparan ringkas di atas, makin jelaslah bagi kita betapa agungnya syariat Islam yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’la untuk menjaga kebaikan dan kesucian diri manusia, lahir dan batin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
“Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (diri) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur-an) dan Al-Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.  Ali ‘Imraan: 164).
Makna firman-Nya menyucikan (diri) mereka adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatAn-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapAn-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Subhanallahu wa Ta’ala).
Terkhusus dalam masalah hijab (pemisah) antara laki-laki dan perempuan, Allah Subhanahu wa Ta’la menyebutkan hikmah yang agung dari ketentuan syariat ini dalam firman-Nya,
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ}
“Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzaab:53).
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu syaikh berkata,, “(Dalam ayat ini) Allah menyifati hijab/tabir sebagai kesucian bagi hatinya orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, karena mata manusia kalau tidak melihat (sesuatu yang mengundang syahwat, karena terhalangi hijab/tabir) maka hatinya tidak akan berhasrat (buruk). Oleh karena itu, dalam kondisi ini hati manusia akan lebih suci, sehingga (peluang) tidak timbulnya fitnah (kerusakan) pun lebih besar, karena hijab/tabir benar-benar mencegah (timbulnya) keinginAn-keinginan (buruk) dari orang-orang yang ada penyakit (dalam) hatinya.”
Juga hikmah yang agung dalam kewajiban memakai jilbab (pakaian yang menutupi semua aurat secara sempurna) bagi perempuan ketika berada di luar rumah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab:59).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kewajiban memakai jilbab bagi perempuan muslimah dan hikmah dari hukum syariat ini, yaitu, “Supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti.”
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Ini menunjukkan bahwa gangguan (bagi wanita dari orang-orang yang berakhlak buruk) akan timbul jika wanita itu tidak mengenakan jilbab (yang sesuai dengan syariat). Hal ini dikarenakan jika wanita tidak memakai jilbab, boleh jadi orang akan menyangka bahwa dia bukan wanita yang ‘afifah (terjaga kehormatannya), sehingga orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatiya akan mengganggu dan menyakiti wanita tersebut, atau bahkan merendahkan/melecehkannya… Maka dengan memakai jilbab (yang sesuai dengan syariat) akan mencegah (timbulnya) keinginAn-keinginan (buruk) terhadap diri wanita dari orang-orang yang mempunyai niat buruk.”







Cinta Kepada Rasul, Dahulu dan Sekarang
Sebagai seorang muslim, mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini merupakan konsekuensi dari kesaksian kita akan kerasulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana tidak? melalui beliau lah kita terbebas dari segudang warisan jahiliyah yang telah mengakar begitu lama. Kalau lah tidak karena hidayah Allah, kemudian karena pengorbanan beliau dalam mendakwahkan Islam, niscaya sampai hari ini kita masih terjerat dalam belenggu syirik dan jahiliyah.

Segala puji bagi-Mu ya Allah, atas hidayah dan taufiq yang Kau curahkan kepada kami, dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah padamu ya Rasulullah, atas setiap pengorbananmu demi menegakkan dien ini…
Sungguh, berbicara mengenai kepribadian beliau adalah suatu kenikmatan tersendiri, berkisah tentang pernak pernik kehidupan beliau benar-benar menimbulkan decak kagum dan membesarkan hati…
Beliau lah manusia pilihan yang lahir dari manusia-manusia terpilih. Berbekal hati sanubari yang disucikan dari segala noda dan dosa, beliau beranjak menjadi manusia terhebat sepanjang sejarah. Perilakunya sungguh luar biasa, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata… sorot wajahnya benar-benar mencerminkan seorang pemimpin agung yang amat welas kasih terhadap rakyatnya… siapa pun yang menatap wajah beliau pastilah jatuh cinta diliputi perasaan segan karena wibawanya yang demikian besar.
Singkatnya, beliaulah sosok insan kaamil sejati yang tak mungkin ada tandingannya. Maka pantaslah jika para sahabat benar-benar jatuh cinta kepada beliau. Mereka mencintai kekasihnya yang satu ini lebih dari orang tua, anak dan isteri mereka; bahkan lebih dari diri mereka sendiri!
Setiap kegembiraan yang beliau rasakan adalah kegembiraan bagi mereka, dan setiap kesedihan yang beliau rasakan merupakan kesedihan bagi mereka. Mereka ikut sakit tatkala beliau sakit, mereka kelaparan tatkala beliau kelaparan, dan mereka tak dapat tidur sebelum kedua mata beliau terpejam…
Dahulu, diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu, katanya: “Dahulu aku mempunyai seorang tetangga Anshari dari Bani Umayyah bin Zaid, sebuah kabilah yang bermukim di dataran tinggi kota Madinah. Kami berdua senantiasa bergantian mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau hari ini dia yang turun maka keesokannya gantian aku yang turun. Usai turun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kukabarkan kepadanya apa-apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hari itu, baik itu berupa wahyu atau lainnya. Demikian pula halnya kalau ia yang turun, ia melakukan hal serupa.
Sebagai lelaki Quraisy, kami adalah orang yang memiliki supremasi terhadap istri-istri kami. Akan tetapi setiba kami di Madinah, kami dapati bahwa orang Anshar adalah orang yang kalah oleh istri-istri mereka. Akibatnya istri-istri kami mulai terpengaruh dengan tabiat wanita Anshar. Pernah suatu ketika aku membentak istriku… tapi ia malah membantah. Aku pun jadi berang begitu tahu ia berani membantahku.
“Mengapa kamu marah atas sikapku, padahal demi Allah, istri-istri Nabi saja berani membantah beliau…? Bahkan ada di antara mereka yang sampai meninggalkan beliau seharian ini hingga malam…” sanggah istriku.
Aku pun tercengang mendengarnya… “Benar-benar merugilah kalau sampai ada dari istri beliau yang berbuat demikian” gumamku.
Saat itu juga aku menyingsingkan gamisku dan bergegas menuju rumah Hafshah. Setibaku di rumahnya, kukatakan kepadanya:
“Hai Hafshah, benarkah ada diantara kalian yang membikin kesal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seharian ini hingga malam?”
“Benar…” jawabnya.
“Alangkah meruginya kamu kalau begitu… Apa kamu merasa aman dari murka Allah setelah kamu membikin kesal Rasul-Nya, hingga boleh jadi kamu celaka karenanya…? Jangan minta macam-macam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jangan sekali-kali membantahnya atau meninggalkannya. Mintalah kepadaku apa yang kau inginkan dan jangan kamu terpengaruh oleh madumu, karena ia lebih cantik darimu dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -yakni Aisyah-”.
Konon ketika itu warga Madinah sedang ramai membicarakan isu santer bahwa Raja Ghassan tengah menyiapkan pasukan berkudanya untuk menyerbu Madinah.
Suatu ketika, tibalah giliran tetanggaku yang Anshari itu untuk turun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di petang harinya, ia mendatangiku sembari menggedor pintu rumahku keras-keras…”Hoi, apa kamu ada di dalam?” teriaknya.
Aku pun tersentak kaget dan bergegas keluar menemuinya… tanpa basa-basi, ia pun langsung memulai pembicaraan:
“Wah, ada perkara besar yang barusan terjadi!”
“Ada apa? Apa Ghassan telah tiba?” tanyaku.
“Oo.. jauh lebih besar dan lebih mengerikan dari itu… Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan istri-istrinya!!” katanya.
“Alangkah meruginya si Hafshah kalau begitu… aku telah menduga bahwa hal ini bakal terjadi…” gumamku…” (HR. Bukhari no 5191)
Lihatlah, bagaimana kehidupan para sahabat sangat terpengaruh dengan rumah tangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagi mereka, penyerbuan pasukan berkuda Raja Ghassan ke Madinah tidak ada apa-apanya, dibanding kesedihan mereka atas apa yang terjadi dengan rumah tangga kekasih mereka saat itu. Raut muka dan kondisi si Anshari tadi seakan mengatakan: “Biarlah Ghassan menyerbu Madinah dan merampas harta benda yang kami miliki, yang penting Rasulullah ceria kembali…”
Dahulu, ketika sebagian kaum muslimin terpukul mundur dan meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Uhud, ada seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah yang berdiri tegar di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melindungi beliau dengan perisainya…
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengisahkan: Konon Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung yang busurnya terkenal kuat, dan hari itu ia telah mematahkan dua atau tiga buah busurnya. Di sampingnya ada seorang lelaki yang membawa sejumlah anak panah, maka perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya:
“Berikan semua anak panahmu kepada Abu Thalhah…”, sembari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamati pergerakan musuhnya.
“Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, janganlah engkau menampakkan dirimu kepada musuh agar engkau tak terkena panah… biarlah dadaku yang melindungi dadamu…!!” seru Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Shahih Bukhari, hadits no 3811 & 4064; dan Shahih Muslim, hadits no: 1811)
Subhaanallaah, betapa besar kecintaan mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga nyawa pun menjadi murah demi keselamatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam… benar-benar gambaran kecintaan yang sejati.
Dahulu, ada seorang sahabat yang bernama Muhaiyishah bin Mas’ud Al Khazraji Al Anshari, julukannya Abu Sa’ad. Ia tergolong warga Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya ke daerah Fadak untuk mengajak penduduknya masuk Islam. Ia termasuk salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq dan berbagai peperangan berikutnya. Ia memiliki saudara kandung yang lebih tua usianya, yaitu Huwaiyishah bin Mas’ud; akan tetapi Muhaiyishah lebih cerdas dan lebih afdhal dari saudaranya ini, bahkan ialah yang menjadi sebab keislaman saudaranya.
Ada sebuah kisah menakjubkan yang terjadi antara Muhaiyishah dan Huwaiyishah. Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam Kitab Al Maghazi dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, yang berkenaan dengan kisah pembunuhan seorang Yahudi keparat yang senantiasa menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui syair-syairnya, namanya Ka’ab Ibnul Asyraf. Si Yahudi ini berusaha memprovokasi orang-orang Arab untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Usai terbunuhnya Ka’ab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: “Jika kalian berpapasan dengan orang Yahudi siapa pun di sana, maka bunuh saja!” Maka segeralah Muhaiyishah bin Mas’ud menghabisi Ibnu Sunainah, salah seorang saudagar Yahudi yang dahulu bergaul erat dan berjual beli dengannya. Ketika itu, Huwaiyishah bin Mas’ud belum masuk Islam dan ia lebih tua dari Muhaiyishah. Begitu ia tahu Muhaiyishah membunuh si Yahudi tadi, Huwaiyishah langsung memukul dan menghardiknya:
“Hai musuh Allah, sampai hati kau membunuhnya?! Padahal demi Allah, sebagian lemak yang ada di perutmu adalah berasal dari hartanya!”, bentak Huwaiyishah.
“Demi Allah, aku diperintahkan untuk membunuhnya oleh seseorang yang bila ia memerintahkanku untuk membunuhmu, niscaya akan kupenggal juga lehermu!” jawab Muhaiyishah tegas.
Huwaiyishah tertegun sejenak mendengarnya…
“Kalau begitu, agama yang menjadikanmu seperti ini benar-benar luar biasa…” gumam Huwaiyishah.
Maka Huwaiyishah pun menyatakan keislamannya, dan inilah awal keisalaman dirinya. Seketika itulah Muhaiyishah mengucapkan syair:
يلوم ابن أمي لو أمرت بقتله لطبقت ذفراه بأبيض قاضب
Ia mencelaku, padahal kalau disuruh membunuhnya,
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.

حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
Pedang nan putih bak garam yang berkilau sinarnya,
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.

وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
Aku tak suka bila membunuhmu karena taat kepadanya,
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra
*
(Lihat Al Istie’aab fi Ma’rifatil As-Haab, 4/1463-1464, oleh Al Hafizh Ibnu ‘Abdil Bar; Dalailun Nubuwwah 3/200, oleh Imam Al Baihaqy; Sirah Ibnu Hisyam, 3/326; dan yang lainnya.)
(*) Ma’rib adalah nama sebuah kota di Yaman, sedangkan Bushra adalah nama sebuah daerah di Syam.
Wuiihh… benar-benar sulit dipercaya! Benar-benar kecintaan yang tiada tara… adakah diantara kita yang sanggup menirunya? Alih-alih ingin seperti mereka, disuruh ikut sunnahnya saja setengah mati susahnya, apalagi disuruh seperti mereka? mustahil rasanya…
Sekarang…
Sekarang, cinta Rasul kebanyakan hanyalah slogan yang sulit dicari wujudnya di lapangan. Cinta Rasul sering kali diidentikkan dengan shalawatan, perayaan maulid, isra’ mi’raj, dan yang sejenisnya.
Sekarang, orang yang dianggap cinta Rasul ialah mereka yang mengagungkan beliau dengan bertawassul kepadanya dalam do’a. Atau mereka yang mengirimkan Al Fatehah kepada beliau, atau mereka yang menggelari beliau dengan gelar yang bermacam-macam: seperti Sayyidina, Habibina, dan lain-lain.
Sekarang, ‘Cinta Rasul’ merupakan judul kaset yang sering kita dengar dimana-mana… yang dinyanyikan oleh pria dan wanita, tua dan muda… semua merasa khusyuk ketika melantunkan kata-kata: Shalaatullaah salaamullaah… ‘alal habiibi Rasuulillaah…
Akan tetapi jangan tanya soal sunnah beliau kepada mereka… karena mereka akan menjawab bahwa yang mereka lakukan tadilah yang namanya sunnah. Cinta Rasul kini telah berubah menjadi klaim yang diperebutkan setiap golongan. Cinta Rasul yang dahulu diwujudkan dengan ittiba’ kepadanya, kini semakin luas maknanya hingga mencakup bid’ah segala. Menurut mereka, perayaan maulid, isra’ mi’raj, shalawatan bid’ah, dan yang sejenisnya merupakan perwujudan nyata akan kecintaan seseorang kepada Nabinya. Sehingga otomatis bila ada orang yang mengingkari hal-hal semacam itu, serta-merta dituduhlah ia sebagai orang yang tidak cinta Rasul, atau wahhabi, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, mereka berusaha mencari ‘pembenaran’ -dan bukannya kebenaran- atas apa yang selama ini mereka lakukan. Mereka berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan selama ini tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin ‘dalil’ (baca: syubhat) untuk melegitimasi praktik ‘sunnah’ (baca: bid’ah) mereka.
Memang zaman kita ini penuh dengan keanehan… orang yang berusaha menghidupkan sunnah dan membasmi bid’ah justeru dicap macam-macam; seperti tidak cinta Rasul…! atau wahhabi…! Namun sebaliknya, mereka yang melestarikan berbagai bid’ah khurafat dengan kedok ‘Cinta Rasul’ justeru mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah wal jama’ah.



Kenakalan Remaja

Assalamu'alikum Wr. Wb..

Terimakasih atas kesempatan dan waktu yang diberikan kepada saya untuk berbicara dihadapan para hadirin sekalian.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya memberikan ceramah dengan tema tentang rusaknya moral remaja masa kini.

Belakangan ini ramai diperbincangkan di televisi, surat kabar, jejaring sosial di internet, serta berbagai media yang lain mengenai moral remaja masa kini. Ada begitu banyak permasalahan yang terjadi di duani remaja saat ini. Hal - hal tersebut yang membuat sebagian besar para orang tua mengelus dada dan tidak habis pikir mengapa terjadi penurunan moral remaja masa kini. Coba kita lihat kasus-kasus pemakaian narkoba, tawuran, pencurian, bahkan pembunuhan dilakukan oleh kaum remaja. Tidak sedikit diantara mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik, berasal dari keluarga yang berkecukupan, bahkan tidak sedikit diantara mereka merupakan publik figur yang di idolakan oleh banyak remaja lainnya.

Dari banyak kasus yang terjadi, sebagian besar dari pelaku mengaku bahwa mereka menyesal atas apa yang telah mereka lakukan. Penyebab rusaknya moral remaja saat ini cenderung disebabkan oleh pembentukan mental serta karakter yang kosong, dimana para remaja tersebut tidak mempunyai pegangan dalam menjalankan hidup. Tidak adanya landasan agama yang kuat serta bimbingan dan kasih sayang dari orang tua juga disinyalir sebagai pokok permasalahan ini. Para orang tua yang sibuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dimana kita juga tahu bahwa tuntutan kebutuhan sudah sangat tinggi ditambah dengan minimnya pendidikan agama yang diberikan kepada anak telah menciptakan generasi muda yang rapuh, emosional, dan cenderung anarkis.

Kondisi seperti ini harus segera diatasi demi kebaikan kita bersama. Karena generasi muda merupakan tulang punggung bangsa, calon pemimpin dimasa depan, dan para generasi muda lah yang akan membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Bila generasi muda tidak bisa diharapkan lagi, bisa dibayangkan akan menjadi apa bangsa dan negara kita tercinta ini.

Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor menunjang akan perubahan prilaku dikalangan remaja, sebagai contoh :
-    Kurangnya kasih sayang orang tua.
-    Kurangnya pengawasan dari orang tua.
-    Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
-    Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
-    Tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
-    Dasar-dasar agama yang kurang
-    Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
-    Kebebasan yang berlebihan
-    Masalah yang dipendam
Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati.
Ada bebeberapa cara yang mungkin bisa jadikan usaha untuk mengatasi dan mencegah kenakalan dikalangan remaja, Khususnya buat diri kita sendiri agar tidak ikut terjerumus kedalamnya, diantaranya:
-    Perlunya pendidikan agama sejak dini yang rutin yang berguna untuk mempertebal keimanan diri kita sendiri.
-    Mentaati nasehat - nasehat yang telah kita terima khususnya dari orang tua kita atau dari orang lain (guru, orang yang lebih berpengalaman atau teman-teman kita).
-    Jangan terpancing untuk mencoba hal-hal yang menurut agama dan dan hukum dianggap salah.
-    Mempunyai konsep hidup yang benar.
-    Menyusun rencana masa depan dengan untuk kehidupan dan masa depan yang baik.

Peranan orang tua dalam membina, mendidik, serta membentuk karakter para remaja sangatlah dominan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan anak. Ini berarti bahwa orang tua harus bisa memberikan pengertian serta berperan sebagai pengayom anak-anak mereka sehingga para anak merasa nyaman dan terlindungi. Bila hal ini telah terjadi, anak tidak akan mencari tempan yang mereka anggap nyaman di luar rumah. Karena bisa jadi tempat yang mereka anggap nyaman tersebut merupakan pergaulan yang salah sehingga bisa mempengaruhi karakter dan mental anak di masa yang akan datang. Selain itu, berikanlah pendidikan agama sedini mungkin sejak masih usia kanak-kanak. Pendidikan agama merupakan pondasi utama yang bisa dijadikan pegangan dalam melakukan semua hal. Menciptakan rasa takut kepada Tuhan merupakan hal yang sangat penting karena bila remaja sudah tidak mempunyai rasa takut kepada Tuhan, apapun yang mereka lakukan sudah pasti akan menyimpang dari norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat.

Kita tidak boleh berhenti untuk tetap berusaha menyelamatkan mental dan moral para generasi muda kita. Dengan  memberikan fondasi agama yang kuat serta memberikan kasih sayang kepada para generasi muda, bisa dipastikan tidak akan terjadi lagi penurunan moral para remaja sehingga kita akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik, dapat hidup dengan lebih nyaman, serta terjaminnya masa depan negara tercinta ini.

Demikian ceramah dari saya, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan bagi kita semua.

Terimakasih,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar