Umar
bin Khattab radhiallahu ‘anhu, dalam ucapannya yang populer pernah
berkata, “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah SWT memuliakan kita dengan
agama Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam ini,
pasti Allah SWT akan
menjadikan kita hina dan rendah.”
Nasehat emas dari shahabat yang
mulia radhiallahu ‘anhu ini ditujukan kepada mereka yang mengaku
beragama Islam tapi justru tidak merasa bangga dan mulia dengan keislaman
mereka, sehingga mereka justru lebih tertarik mengikuti gaya hidup orang-orang
yang jauh dari petunjuk Islam dan lebih percaya dengan teori-teori buruk yang
mereka kemukakan.
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk
merasa bangga dan puas dengan karunia yang dilimpahkAn-Nya kepada mereka, yaitu
petunjuk dalam syariat-Nya yang diturunkAn-Nya untuk kebaikan dan kemaslahatan
hidup manusia. Allah SWT
berfirman,
{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
“Katakanlah,
‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang
yang beriman) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa (kemewahan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia).’” (QS. Yunus: 58).
Karunia
Allah dalam ayat ini ditafsirkan oleh para
ulama ahli tafsir dengan keimanan kepada-Nya, sedangkan Rahmat Allah
ditafsirkan dengan Alquran.
Sebagaimana sebaliknya, berpalingnya
manusia dari mengamalkan petunjuk-Nya dalam kehidupan mereka adalah sebab utama
dan terbesar yang mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan hidup yang tiada
hentinya bagi mereka. Allah SWT
berfirman,
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى}
“Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatAn-Ku, maka sesungguhnya dia (akan merasakan) kehidupan
yang sempit (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.” (QS. Thaaha: 124).
Imam Asy-Syaukani berkata, “Makna
ayat ini: Sesungguhnya Allah SWT
menjadikan (memberikan balasan) bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan
berkomitmen dengan agama-Nya dengan kehidupan yang (penuh) kenikmatan di dunia,
tanpa ada kesedihan, kegundahan dan kesusahan (dalam) dirinya…Dan Dia
menjadikan (memberikan balasan) bagi orang yang enggan mengikuti petunjuk-Nya
dan berpaling dari agama-Nya dengan kehidupan yang sempit serta kepayahan dan
penderitaan (di dunia). Bersamaan dengan semua penderitaan yang menimpanya di
dunia, di akhirat (kelak) dia akan (merasakan) penderitaan, kepayahan dan
kesempitan hidup yang lebih berat lagi.”
Islam
melarang segala bentuk kerusakan dan keburukan
Allah SWT berfirman tentang
setan dan godaannya kepada manusia,
{إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ
تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون}
“Sesungguhnya
syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:169).
Ayat yang agung ini menunjukkan
bahwa semua perbuatan maksiat yang yang dilarang dalam agama adalah keburukan
dan merupakan ajakan setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Pergaulan
bebas dan kerusakannya
Termasuk perkara yang diharamkan
dalam Islam karena besarnya kerusakan yang ditimbulkannya adalah pergaulan
bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan yang dibenarkan
dalam syariat. Bahkan perbuatan ini merupakan biang segala keburukan dan
kerusakan yang terjadi di masyarakat.
Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam telah mengingatkan besarnya kerusakan dan fitnah yang ditimbulkan
oleh perempuan terhadap laki-laki dalam sabda beliau shallallahu ‘alahi
wasallam: “Aku tidak meninggalkan setelahku fitnah (keburukan/kerusakan)
yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melebihi (fitnah) kaum perempuan.”
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan hal
ini dalam ucapan beliau, “Tidak diragukan lagi bahwa membiarkan kaum perempuan
bergaul bebas dengan kaum laki-laki adalah biang segala bencana dan kerusakan,
bahkan ini termasuk penyebab (utama) terjadinya berbagai melapetaka yang
merata. Sebagaimana ini juga termasuk penyebab (timbulnya) kerusakan dalam
semua perkara yang umum maupun khusus. Pergaulan bebas merupakan sebab
berkembangpesatnya perbuatan keji dan zina, yang ini termasuk sebab kebinasan
massal (umat manusia) dan wabah penyakit-penyakit menular yang berkepanjangan.”
Ketika para pelacur bercampur
(dengan bebas) bersama pasukan Nabi Musa ‘alahissalam, sehingga
tersebarlah perbuaan zina di antara mereka, maka Allah menimpakan kepada mereka
wabah penyakit menular, yang berakibat matinya tujuh puluh ribu orang dalam
satu hari. Dan kisah ini sangat populer (disebutkan) dalam kitab-kitab tafsir.
Oleh karena itu, termasuk penyebab
besar (terjadinya bencana) kematian massal adalah banyaknya (terjadi) perbuatan
zina karena membiarkan kaum perempuan bergaul bebas dengan kaum laki-laki dan
berjalan dihadapan mereka dengan bersolek dan berdandan.
Seandainya para pihak yang berwenang
mengetahui kerusakan (besar yang ditimbulkan) dari perbuatan ini dalam (urusan)
dunia dan masyarakat – belum lagi urusan agama – maka mereka pasti akan
melarang dengan sekeras-kerasnya perbuatan tersebut.
(Shahabat yang mulia) Abdullah bin
Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Jika perbuatan zina telah nampak
(tersebar) di suatu negeri maka Allah akan membinasakan negeri tersebut.”
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz lebih
menegaskan hal ini dalam ucapan beliau, “Dalil-dali (dari Al-Qur’an dan hadits
Nabi shallallahu ‘alahi wasallam) secara tegas menunjukkan haramnya
(laki-laki yang) berduaan dengan perempuan yang tidak halal baginya, (demikian
pula diharamkan) memandangnya, dan semua sarana yang menjerumuskan (manusia) ke
dalam perkara yang dilarang oleh Allah. Dalil-dalil tersebut sangat banyak dan
kuat (semuanya) menegaskan keharaman pergaulan bebas, karena membawa kepada
perkara (kerusakan) yang sangat buruk akibatnya… Maka seruan propaganda (yang
menyerukan agar) perempuan ikut terjun di tempat-tempat kerja yang khusus bagi
laki-laki adalah ajakan yang sangat berbahaya bagi (kebaikan) masyarakat Islam,
yang termasuk dampak (negatif) terbesarnya adalah pergaulan bebas yang termasuk
sarana terbesar (yang menjerumuskan kepada) perbuatan zina, yang ini (pada
gilirannya) akan menghancurkan masyarakat dan merusak nilai-nilai luhur serta
budi pekerti baik mereka.”
Islam
mengharamkan semua sebab yang membawa kepada “pergaulan bebas”
Dalam rangka mencegah keburukan dan
kerusakan besar akibat pergaulan besar, agama Islam mengharamkan semua sebab
yang menjerumuskan ke dalam perbuatan buruk ini, di antaranya:
1- Diharamkannya menemui perempuan
yang tidak halal dan berduaan dengannya, termasuk berduaan dengan sopir di
mobil, dengan pembantu di rumah, dengan dokter di tempat prakteknya dan
lain-lain.
Banyak dalil yang menunjukkan hal
ini, di antaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Tidaklah
sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali setan
akan menjadi yang ketiga.”
2- Diharamkannya ber-safar
(melakukan perjalanan jauh) bagi perempuan tanpa laki-laki yang menjadi mahram-nya
(suami, ayah, paman atau saudara laki-lakinya).
Dalil yang menunjukkan hal ini juga
banyak sekali, di antaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Janganlah sekali-kali seorang perempuan bersafar kecuali bersama dengan
mahramnya.”
3- Diharamkannya memandang dengan
sengaja kepada lawan jenis, berdasarkan firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ. وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا}
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan
katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan
mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.’” (QS. An-Nuur: 30-31).
4- Diharamkannya menemui seorang
perempuan tanpa mahram, meskipun dia saudara suami (ipar), berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
“Waspadalah
kalian (dari perbuatan) menemui perempuan (tanpa mahram)”. Ada yang bertanya, “Wahai
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, bagaimana dengan Al-hamwu (ipar dan
kerabat suami lainnya)?” Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam
bersabda, ‘Al-Hamwu adalah kebinasaan.’
Artinya: fitnah yang ditimbulkannya
lebih besar karena bisanya seorang perempuan menganggap biasa jika berduaan
dengan kerabat suaminya.”
5- Diharamkannya laki-laki menyentuh
perempuan, meskipun untuk berjabat tangan.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam,
“Sungguh
jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya
dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.”
6- Diharamkannya laki-laki yang
menyerupai perempuan dan sebaliknya.
Berdasarkan hadits berikut,
Dari shahabat yang mulia, Abdullah
bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan melaknat
perempuan yang menyerupai laki-laki.”
7- Disyariatkan dan dianjurkannya bagi
kaum perempuan untuk shalat di rumah dan itu lebih baik/utama daripada shalat
mereka di masjid, dalam rangka menghindari fitnah yang timbul jika mereka
sering keluar rumah.
Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam bersabda, “Janganlah kalian melarang para wanita (untuk
melaksanakan shalat) di masjid, meskipun (shalat mereka) di rumah-rumah mereka
lebih baik bagi mereka.”
8- Diharamkannya perempuan sering
keluar rumah tanpa ada keperluan yang dibenarkan dalam syariat dengan syarat
tidak berdandan dan bersolek karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki.
Allah Subhanahu wa Ta’la berfirman,
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
“Dan
hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian ber-tabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan
bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu, dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul
bait (istri-istri Nabi) dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzaab:33).
Dan dalam hadits yang shahih
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya wanita
adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) setan akan mengikutinya
(menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling
dekat dengan Rabbnya (Allah Subhanallahu wa Ta’ala) adalah ketika dia berada di
dalam rumahnya.”
9- Diharamkannya perempuan keluar
rumah dengan memakai wangi-wangian dalam bentuka apapun, karena akan
menimbulkan fitnah yang besar.
Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam bersabda, “Seorang wanita, siapapun dia, jika dia (keluar rumah
dengan) memakai wangi-wangian, lalu melewati kaum laki-laki agar mereka mencium
bau wanginya maka wanita adalah seorang pezina.”
Solusi dan
penutup
Dari pemaparan ringkas di atas,
makin jelaslah bagi kita betapa agungnya syariat Islam yang diturunkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’la untuk menjaga kebaikan dan kesucian diri
manusia, lahir dan batin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ
فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي
ضَلالٍ مُبِينٍ}
“Sungguh
Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (diri) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur-an) dan Al-Hikmah (as-Sunnah). Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.” (QS.
Ali ‘Imraan: 164).
Makna firman-Nya menyucikan
(diri) mereka adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran
jiwa dan perbuatAn-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari
kegelapAn-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Subhanallahu wa Ta’ala).
Terkhusus dalam masalah hijab
(pemisah) antara laki-laki dan perempuan, Allah Subhanahu wa Ta’la menyebutkan
hikmah yang agung dari ketentuan syariat ini dalam firman-Nya,
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ
وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ}
“Dan
apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka.”
(QS. Al-Ahzaab:53).
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu
syaikh berkata,, “(Dalam ayat ini) Allah menyifati hijab/tabir sebagai kesucian
bagi hatinya orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, karena mata
manusia kalau tidak melihat (sesuatu yang mengundang syahwat, karena terhalangi
hijab/tabir) maka hatinya tidak akan berhasrat (buruk). Oleh karena itu, dalam
kondisi ini hati manusia akan lebih suci, sehingga (peluang) tidak timbulnya
fitnah (kerusakan) pun lebih besar, karena hijab/tabir benar-benar mencegah
(timbulnya) keinginAn-keinginan (buruk) dari orang-orang yang ada penyakit
(dalam) hatinya.”
Juga hikmah yang agung dalam
kewajiban memakai jilbab (pakaian yang menutupi semua aurat secara sempurna)
bagi perempuan ketika berada di luar rumah, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ
وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ
أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}
“Hai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka
tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab:59).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan
kewajiban memakai jilbab bagi perempuan muslimah dan hikmah dari hukum syariat
ini, yaitu, “Supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak
diganggu/disakiti.”
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata,
“Ini menunjukkan bahwa gangguan (bagi wanita dari orang-orang yang berakhlak
buruk) akan timbul jika wanita itu tidak mengenakan jilbab (yang sesuai dengan
syariat). Hal ini dikarenakan jika wanita tidak memakai jilbab, boleh jadi
orang akan menyangka bahwa dia bukan wanita yang ‘afifah (terjaga
kehormatannya), sehingga orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatiya akan
mengganggu dan menyakiti wanita tersebut, atau bahkan
merendahkan/melecehkannya… Maka dengan memakai jilbab (yang sesuai dengan
syariat) akan mencegah (timbulnya) keinginAn-keinginan (buruk) terhadap diri
wanita dari orang-orang yang mempunyai niat buruk.”
Cinta Kepada Rasul, Dahulu dan Sekarang
Sebagai seorang muslim, mencintai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal
ini merupakan konsekuensi dari kesaksian kita akan kerasulan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bagaimana tidak? melalui beliau lah kita terbebas dari
segudang warisan jahiliyah yang telah mengakar begitu lama. Kalau lah tidak
karena hidayah Allah, kemudian karena pengorbanan beliau dalam mendakwahkan
Islam, niscaya sampai hari ini kita masih terjerat dalam belenggu syirik dan
jahiliyah.
Segala puji bagi-Mu ya Allah, atas hidayah dan taufiq yang Kau curahkan kepada kami, dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah padamu ya Rasulullah, atas setiap pengorbananmu demi menegakkan dien ini…
Sungguh,
berbicara mengenai kepribadian beliau adalah suatu kenikmatan tersendiri,
berkisah tentang pernak pernik kehidupan beliau benar-benar menimbulkan decak
kagum dan membesarkan hati…
Beliau
lah manusia pilihan yang lahir dari manusia-manusia terpilih. Berbekal hati
sanubari yang disucikan dari segala noda dan dosa, beliau beranjak menjadi
manusia terhebat sepanjang sejarah. Perilakunya sungguh luar biasa, tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata… sorot wajahnya benar-benar mencerminkan seorang
pemimpin agung yang amat welas kasih terhadap rakyatnya… siapa pun yang menatap
wajah beliau pastilah jatuh cinta diliputi perasaan segan karena wibawanya yang
demikian besar.
Singkatnya,
beliaulah sosok insan kaamil sejati yang tak mungkin ada tandingannya. Maka
pantaslah jika para sahabat benar-benar jatuh cinta
kepada beliau. Mereka mencintai kekasihnya yang satu ini lebih dari orang tua,
anak dan isteri mereka; bahkan lebih dari diri mereka sendiri!
Setiap
kegembiraan yang beliau rasakan adalah kegembiraan bagi mereka, dan setiap
kesedihan yang beliau rasakan merupakan kesedihan bagi mereka. Mereka ikut
sakit tatkala beliau sakit, mereka kelaparan tatkala beliau kelaparan, dan
mereka tak dapat tidur sebelum kedua mata beliau terpejam…
Dahulu, diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin
Khatthab radhiallahu ‘anhu, katanya: “Dahulu aku mempunyai seorang
tetangga Anshari dari Bani Umayyah bin Zaid, sebuah kabilah yang bermukim di
dataran tinggi kota Madinah. Kami berdua senantiasa bergantian mengunjungi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau hari ini dia yang turun
maka keesokannya gantian aku yang turun. Usai turun menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kukabarkan kepadanya apa-apa yang disampaikan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam hari itu, baik itu berupa wahyu atau
lainnya. Demikian pula halnya kalau ia yang turun, ia melakukan hal serupa.
Sebagai
lelaki Quraisy, kami adalah orang yang memiliki supremasi terhadap istri-istri
kami. Akan tetapi setiba kami di Madinah, kami dapati bahwa orang Anshar adalah
orang yang kalah oleh istri-istri mereka. Akibatnya istri-istri kami mulai
terpengaruh dengan tabiat wanita Anshar. Pernah suatu ketika aku membentak
istriku… tapi ia malah membantah. Aku pun jadi berang begitu tahu ia berani
membantahku.
“Mengapa
kamu marah atas sikapku, padahal demi Allah, istri-istri Nabi saja berani
membantah beliau…? Bahkan ada di antara mereka yang sampai meninggalkan beliau
seharian ini hingga malam…” sanggah istriku.
Aku
pun tercengang mendengarnya… “Benar-benar merugilah kalau sampai ada dari istri
beliau yang berbuat demikian” gumamku.
Saat
itu juga aku menyingsingkan gamisku dan bergegas menuju rumah Hafshah. Setibaku
di rumahnya, kukatakan kepadanya:
“Hai
Hafshah, benarkah ada diantara kalian yang membikin kesal Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam seharian ini hingga malam?”
“Benar…”
jawabnya.
“Alangkah
meruginya kamu kalau begitu… Apa kamu merasa aman dari murka Allah setelah kamu
membikin kesal Rasul-Nya, hingga boleh jadi kamu celaka karenanya…? Jangan
minta macam-macam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jangan
sekali-kali membantahnya atau meninggalkannya. Mintalah kepadaku apa yang kau
inginkan dan jangan kamu terpengaruh oleh madumu, karena ia lebih cantik darimu
dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -yakni
Aisyah-”.
Konon
ketika itu warga Madinah sedang ramai membicarakan isu santer bahwa Raja
Ghassan tengah menyiapkan pasukan berkudanya untuk menyerbu Madinah.
Suatu
ketika, tibalah giliran tetanggaku yang Anshari itu untuk turun menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di petang harinya, ia
mendatangiku sembari menggedor pintu rumahku keras-keras…”Hoi, apa kamu ada di
dalam?” teriaknya.
Aku
pun tersentak kaget dan bergegas keluar menemuinya… tanpa basa-basi, ia pun
langsung memulai pembicaraan:
“Wah,
ada perkara besar yang barusan terjadi!”
“Ada
apa? Apa Ghassan telah tiba?” tanyaku.
“Oo..
jauh lebih besar dan lebih mengerikan dari itu… Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menceraikan istri-istrinya!!” katanya.
“Alangkah
meruginya si Hafshah kalau begitu… aku telah menduga bahwa hal ini bakal
terjadi…” gumamku…” (HR. Bukhari no 5191)
Lihatlah,
bagaimana kehidupan para sahabat sangat terpengaruh dengan rumah tangga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bagi mereka, penyerbuan pasukan berkuda Raja Ghassan ke
Madinah tidak ada apa-apanya, dibanding kesedihan mereka atas apa yang terjadi
dengan rumah tangga kekasih mereka saat itu. Raut muka dan kondisi si Anshari
tadi seakan mengatakan: “Biarlah Ghassan menyerbu Madinah dan merampas harta
benda yang kami miliki, yang penting Rasulullah ceria kembali…”
Dahulu, ketika sebagian kaum muslimin terpukul
mundur dan meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
perang Uhud, ada seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah yang berdiri tegar di
hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melindungi beliau dengan
perisainya…
Anas
bin Malik radhiallahu ‘anhu mengisahkan: Konon Abu Thalhah adalah
seorang pemanah ulung yang busurnya terkenal kuat, dan hari itu ia telah
mematahkan dua atau tiga buah busurnya. Di sampingnya ada seorang lelaki yang
membawa sejumlah anak panah, maka perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepadanya:
“Berikan
semua anak panahmu kepada Abu Thalhah…”, sembari Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengamati pergerakan musuhnya.
“Demi
ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, janganlah engkau menampakkan dirimu
kepada musuh agar engkau tak terkena panah… biarlah dadaku yang melindungi
dadamu…!!” seru Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. (Lihat Shahih Bukhari, hadits no 3811 & 4064;
dan Shahih Muslim, hadits no: 1811)
Subhaanallaah, betapa besar kecintaan
mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga nyawa pun
menjadi murah demi keselamatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam…
benar-benar gambaran kecintaan yang sejati.
Dahulu, ada seorang sahabat yang bernama
Muhaiyishah bin Mas’ud Al Khazraji Al Anshari, julukannya Abu Sa’ad. Ia
tergolong warga Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengutusnya ke daerah Fadak untuk mengajak penduduknya masuk Islam. Ia termasuk
salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq dan berbagai
peperangan berikutnya. Ia memiliki saudara kandung yang lebih tua usianya,
yaitu Huwaiyishah bin Mas’ud; akan tetapi Muhaiyishah lebih cerdas dan lebih
afdhal dari saudaranya ini, bahkan ialah yang menjadi sebab keislaman
saudaranya.
Ada
sebuah kisah menakjubkan yang terjadi antara Muhaiyishah dan Huwaiyishah. Kisah
ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam Kitab Al Maghazi dengan sanadnya
dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, yang berkenaan dengan kisah
pembunuhan seorang Yahudi keparat yang senantiasa menyakiti Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melalui syair-syairnya, namanya Ka’ab Ibnul Asyraf. Si
Yahudi ini berusaha memprovokasi orang-orang Arab untuk memerangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Usai terbunuhnya Ka’ab, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: “Jika kalian
berpapasan dengan orang Yahudi siapa pun di sana, maka bunuh saja!” Maka
segeralah Muhaiyishah bin Mas’ud menghabisi Ibnu Sunainah, salah seorang
saudagar Yahudi yang dahulu bergaul erat dan berjual beli dengannya. Ketika
itu, Huwaiyishah bin Mas’ud belum masuk Islam dan ia lebih tua dari
Muhaiyishah. Begitu ia tahu Muhaiyishah membunuh si Yahudi tadi, Huwaiyishah
langsung memukul dan menghardiknya:
“Hai
musuh Allah, sampai hati kau membunuhnya?! Padahal demi Allah, sebagian lemak
yang ada di perutmu adalah berasal dari hartanya!”, bentak Huwaiyishah.
“Demi
Allah, aku diperintahkan untuk membunuhnya oleh seseorang yang bila ia memerintahkanku
untuk membunuhmu, niscaya akan kupenggal juga lehermu!” jawab Muhaiyishah
tegas.
Huwaiyishah
tertegun sejenak mendengarnya…
“Kalau
begitu, agama yang menjadikanmu seperti ini benar-benar luar biasa…” gumam
Huwaiyishah.
Maka
Huwaiyishah pun menyatakan keislamannya, dan inilah awal keisalaman dirinya.
Seketika itulah Muhaiyishah mengucapkan syair:
يلوم ابن أمي لو أمرت بقتله لطبقت ذفراه بأبيض
قاضب
Ia mencelaku, padahal kalau disuruh membunuhnya,
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.
حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.
حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
Pedang nan putih bak garam yang berkilau sinarnya,
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.
وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.
وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
Aku tak suka bila membunuhmu karena taat kepadanya,
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra*
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra*
(Lihat
Al Istie’aab fi Ma’rifatil As-Haab, 4/1463-1464, oleh Al Hafizh Ibnu
‘Abdil Bar; Dalailun Nubuwwah 3/200, oleh Imam Al Baihaqy; Sirah Ibnu
Hisyam, 3/326; dan yang lainnya.)
(*)
Ma’rib adalah nama sebuah kota di Yaman, sedangkan Bushra adalah nama sebuah
daerah di Syam.
Wuiihh…
benar-benar sulit dipercaya! Benar-benar kecintaan yang tiada tara… adakah
diantara kita yang sanggup menirunya? Alih-alih ingin seperti mereka, disuruh
ikut sunnahnya saja setengah mati susahnya, apalagi disuruh seperti mereka?
mustahil rasanya…
Sekarang…
Sekarang, cinta Rasul
kebanyakan hanyalah slogan yang sulit dicari wujudnya di lapangan. Cinta Rasul
sering kali diidentikkan dengan shalawatan, perayaan maulid, isra’ mi’raj, dan
yang sejenisnya.
Sekarang, orang yang dianggap cinta Rasul ialah
mereka yang mengagungkan beliau dengan bertawassul kepadanya dalam do’a. Atau
mereka yang mengirimkan Al Fatehah kepada beliau, atau mereka yang menggelari
beliau dengan gelar yang bermacam-macam: seperti Sayyidina, Habibina, dan
lain-lain.
Sekarang, ‘Cinta Rasul’ merupakan judul kaset yang
sering kita dengar dimana-mana… yang dinyanyikan oleh pria dan wanita, tua dan
muda… semua merasa khusyuk ketika melantunkan kata-kata: Shalaatullaah
salaamullaah… ‘alal habiibi Rasuulillaah…
Akan
tetapi jangan tanya soal sunnah beliau kepada mereka… karena mereka akan
menjawab bahwa yang mereka lakukan tadilah yang namanya sunnah. Cinta Rasul
kini telah berubah menjadi klaim yang diperebutkan setiap golongan. Cinta Rasul
yang dahulu diwujudkan dengan ittiba’ kepadanya, kini semakin luas maknanya hingga
mencakup bid’ah segala. Menurut mereka, perayaan maulid, isra’ mi’raj,
shalawatan bid’ah, dan yang sejenisnya merupakan perwujudan nyata akan
kecintaan seseorang kepada Nabinya. Sehingga otomatis bila ada orang yang
mengingkari hal-hal semacam itu, serta-merta dituduhlah ia sebagai orang yang
tidak cinta Rasul, atau wahhabi, dan lain sebagainya.
Di
sisi lain, mereka berusaha mencari ‘pembenaran’ -dan bukannya kebenaran- atas
apa yang selama ini mereka lakukan. Mereka berusaha meyakinkan bahwa apa yang
mereka lakukan selama ini tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin ‘dalil’ (baca:
syubhat) untuk melegitimasi praktik ‘sunnah’ (baca: bid’ah) mereka.
Memang
zaman kita ini penuh dengan keanehan… orang yang berusaha menghidupkan sunnah
dan membasmi bid’ah justeru dicap macam-macam; seperti tidak cinta Rasul…! atau
wahhabi…! Namun sebaliknya, mereka yang melestarikan berbagai bid’ah khurafat
dengan kedok ‘Cinta Rasul’ justeru mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah wal
jama’ah.
Kenakalan Remaja
Assalamu'alikum Wr. Wb..
Terimakasih atas kesempatan dan waktu yang diberikan kepada saya untuk berbicara dihadapan para hadirin sekalian.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya memberikan ceramah dengan tema tentang rusaknya moral remaja masa kini.
Belakangan ini ramai diperbincangkan di televisi, surat kabar, jejaring sosial di internet, serta berbagai media yang lain mengenai moral remaja masa kini. Ada begitu banyak permasalahan yang terjadi di duani remaja saat ini. Hal - hal tersebut yang membuat sebagian besar para orang tua mengelus dada dan tidak habis pikir mengapa terjadi penurunan moral remaja masa kini. Coba kita lihat kasus-kasus pemakaian narkoba, tawuran, pencurian, bahkan pembunuhan dilakukan oleh kaum remaja. Tidak sedikit diantara mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik, berasal dari keluarga yang berkecukupan, bahkan tidak sedikit diantara mereka merupakan publik figur yang di idolakan oleh banyak remaja lainnya.
Dari banyak kasus yang terjadi, sebagian besar dari pelaku mengaku bahwa mereka menyesal atas apa yang telah mereka lakukan. Penyebab rusaknya moral remaja saat ini cenderung disebabkan oleh pembentukan mental serta karakter yang kosong, dimana para remaja tersebut tidak mempunyai pegangan dalam menjalankan hidup. Tidak adanya landasan agama yang kuat serta bimbingan dan kasih sayang dari orang tua juga disinyalir sebagai pokok permasalahan ini. Para orang tua yang sibuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dimana kita juga tahu bahwa tuntutan kebutuhan sudah sangat tinggi ditambah dengan minimnya pendidikan agama yang diberikan kepada anak telah menciptakan generasi muda yang rapuh, emosional, dan cenderung anarkis.
Kondisi seperti ini harus segera diatasi demi kebaikan kita bersama. Karena generasi muda merupakan tulang punggung bangsa, calon pemimpin dimasa depan, dan para generasi muda lah yang akan membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Bila generasi muda tidak bisa diharapkan lagi, bisa dibayangkan akan menjadi apa bangsa dan negara kita tercinta ini.
Terimakasih atas kesempatan dan waktu yang diberikan kepada saya untuk berbicara dihadapan para hadirin sekalian.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya memberikan ceramah dengan tema tentang rusaknya moral remaja masa kini.
Belakangan ini ramai diperbincangkan di televisi, surat kabar, jejaring sosial di internet, serta berbagai media yang lain mengenai moral remaja masa kini. Ada begitu banyak permasalahan yang terjadi di duani remaja saat ini. Hal - hal tersebut yang membuat sebagian besar para orang tua mengelus dada dan tidak habis pikir mengapa terjadi penurunan moral remaja masa kini. Coba kita lihat kasus-kasus pemakaian narkoba, tawuran, pencurian, bahkan pembunuhan dilakukan oleh kaum remaja. Tidak sedikit diantara mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik, berasal dari keluarga yang berkecukupan, bahkan tidak sedikit diantara mereka merupakan publik figur yang di idolakan oleh banyak remaja lainnya.
Dari banyak kasus yang terjadi, sebagian besar dari pelaku mengaku bahwa mereka menyesal atas apa yang telah mereka lakukan. Penyebab rusaknya moral remaja saat ini cenderung disebabkan oleh pembentukan mental serta karakter yang kosong, dimana para remaja tersebut tidak mempunyai pegangan dalam menjalankan hidup. Tidak adanya landasan agama yang kuat serta bimbingan dan kasih sayang dari orang tua juga disinyalir sebagai pokok permasalahan ini. Para orang tua yang sibuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dimana kita juga tahu bahwa tuntutan kebutuhan sudah sangat tinggi ditambah dengan minimnya pendidikan agama yang diberikan kepada anak telah menciptakan generasi muda yang rapuh, emosional, dan cenderung anarkis.
Kondisi seperti ini harus segera diatasi demi kebaikan kita bersama. Karena generasi muda merupakan tulang punggung bangsa, calon pemimpin dimasa depan, dan para generasi muda lah yang akan membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Bila generasi muda tidak bisa diharapkan lagi, bisa dibayangkan akan menjadi apa bangsa dan negara kita tercinta ini.
Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor menunjang akan
perubahan prilaku dikalangan remaja, sebagai contoh :
- Kurangnya kasih sayang orang tua.
- Kurangnya pengawasan dari orang
tua.
- Pergaulan dengan teman yang tidak
sebaya.
- Peran dari perkembangan iptek
yang berdampak negatif.
- Tidak adanya bimbingan
kepribadian dari sekolah.
- Dasar-dasar agama yang kurang
- Tidak adanya media penyalur bakat
dan hobinya
- Kebebasan yang berlebihan
- Masalah yang dipendam
Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati.
Ada bebeberapa cara
yang mungkin bisa jadikan usaha untuk mengatasi dan mencegah kenakalan
dikalangan remaja, Khususnya buat diri kita sendiri agar tidak ikut terjerumus
kedalamnya, diantaranya:
- Perlunya pendidikan agama sejak
dini yang rutin yang berguna untuk mempertebal keimanan diri kita sendiri.
- Mentaati nasehat - nasehat yang
telah kita terima khususnya dari orang tua kita atau dari orang lain (guru,
orang yang lebih berpengalaman atau teman-teman kita).
- Jangan terpancing untuk mencoba
hal-hal yang menurut agama dan dan hukum dianggap salah.
- Mempunyai konsep hidup yang
benar.
- Menyusun rencana masa depan
dengan untuk kehidupan dan masa depan yang baik.
Peranan orang tua dalam membina, mendidik, serta membentuk karakter para remaja sangatlah dominan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan anak. Ini berarti bahwa orang tua harus bisa memberikan pengertian serta berperan sebagai pengayom anak-anak mereka sehingga para anak merasa nyaman dan terlindungi. Bila hal ini telah terjadi, anak tidak akan mencari tempan yang mereka anggap nyaman di luar rumah. Karena bisa jadi tempat yang mereka anggap nyaman tersebut merupakan pergaulan yang salah sehingga bisa mempengaruhi karakter dan mental anak di masa yang akan datang. Selain itu, berikanlah pendidikan agama sedini mungkin sejak masih usia kanak-kanak. Pendidikan agama merupakan pondasi utama yang bisa dijadikan pegangan dalam melakukan semua hal. Menciptakan rasa takut kepada Tuhan merupakan hal yang sangat penting karena bila remaja sudah tidak mempunyai rasa takut kepada Tuhan, apapun yang mereka lakukan sudah pasti akan menyimpang dari norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat.
Kita tidak boleh berhenti untuk tetap berusaha menyelamatkan mental dan moral para generasi muda kita. Dengan memberikan fondasi agama yang kuat serta memberikan kasih sayang kepada para generasi muda, bisa dipastikan tidak akan terjadi lagi penurunan moral para remaja sehingga kita akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik, dapat hidup dengan lebih nyaman, serta terjaminnya masa depan negara tercinta ini.
Demikian ceramah dari saya, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan bagi kita semua.
Terimakasih,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar